Tuesday, October 03, 2006

de'ja vu


Seorang perempuan berambut pendek duduk bersama dengan perempuan lain berambut panjang. Mereka ngobrol sana-sini ditemani banyak makanan. Mereka pula yang ribut memesan makanan kepada pelayan. Mereka pula yang mendatangi dan memanggil-manggil pelayan karena pendingin yang tidak dingin. Pelayan hanya bisa nyengir sambil berkata...."iya. mbak, sebentar saya panggilkan teknisinya," toh, pendingin tak kunjung dingin.

Di depannya seorang wanita berambut sebahu merenung sendiri, menatap ke luar jendela. mungkin dia bosan, lelaki yang duduk di sebelahnya tidak cukup menarik untuk diajak ngobrol. kalau pun ngobrol, benaknya sudah terlanjur berkata, "paling nggak nyambung," toh, si pria, si penunggu, juga tidak banyak omong. Sesekali teleponnya berbunyi dan dia berbicara melalui earphone di telinga kanannya yang enggan dilepas. Pergilah dia ke ruang sambungan kereta untuk merokok.

Di depannya, dua pria yang menolak tidur. mereka asik berdebat tetantang sesuatu. Sampai kini pun mereka lupa apa yang membuat urat di kepala mereka muncul. sesekali pria yang berkacamata menatap tajam ke mata pria cepak yang sedang bicara. Belum selesai bicara, si kacamata menyela, tangannya diangkat sebahu, menunjukkan keseriusan pendapatnya, dan seolah menentang pendapat si cepak. sesekali mereka berhenti, entah tidur entah tidak, sekelebat kemudian, si kacamata kembali menatap tajam ke arah pria cepak yang sedang berbicara, sesekali tangannya terangkat sebahu menunjukkan keseriusannya...dan...begitu seterusnya...


Di sampingnya, dua orang wanita duduk bersebelahan. satu berambut panjang yang dijepit seadanya, satu lagi berambut pendek kecoklatan. entah apa yang mereka lakukan, entah apa yang mereka bicarakan. Sepertinya keduanya memilih tidur dan diam-diam saja.

di belakangnya, dua orang asing yang tidak tertangkap gerak-geriknya. ataukah tidak peduli dengan mereka?

Di belakangnya dua pria berambut cepak duduk bersebelahan. Mereka bercerita tentang latar belakang masing-masing. Tentang keluarga, masa sekolah dan kuliah, hingga hal pribadi. Tidak terlalu pribadi karena tertembok enggan. Sesekali mereka tertidur, sesekali pula bangun dan cerita berlanjut. Salah satu pria yang duduk di dekat gang sesekali merengek kelaparan dan segera membeli makanan. sebentar-sebentar dia juga merokok di ruang sambungan kereta. membaca koran bagi dua orang itu hanya menjadi jeda yang membosankan sebelum kembali bercerita.

Satu orang lain sedang berkemas di kota terpanas di Jawa, segera menyusul rombongan ini ke satu tujuan.

Sesaat lagi, rombongan segera pergi, dengan hati yang berbeda, degupan jantung berbeda, tatapan mata berbeda, kesakitan perut yang berbeda, harapan yang berbeda. Namun mereka dihantar oleh kereta yang sama, penunggu yang sama, tujuan yang sama.

Tak ada yang tahu apa jadinya paa rombongan ini. toh mereka akan ber-de'ja vu dengan kolom waktu berbeda dan baris ruang yang sama.

-BGZ-

0 Comments:

Post a Comment

<< Home