Wednesday, September 13, 2006

Dari Belimbing Sampai Religi

“Nak, kata orang kalo udah ke Masjid Agung Demak sama aja udah pergi haji ke Mekkah.”

Begitu bunyi pesan singkat ibunda sesaat setelah saya mengabarkan soal penugasan ke Demak, lucu juga. Semula saya terfokus pada pengumpulan bahan tentang belimbing, seperti tertulis dalam TOR penugasan, dan hanya sedikit mencari tahu soal masjid agung berikut penyebaran Islam oleh Sunan Kalijaga. Namun, SMS dari ibunda membuat saya sangat penasaran. Demak memang identik dengan ke-islam-an dan saya tidak ingin membuang kesempatan pergi ke Demak tanpa membuat sebuah tulisan tentang aspek religi yang demikian kental di Kota Wali itu.

Hengkang dari Yogya Minggu (20/8) pagi. Sekitar pukul 10.00 WIB saya bersama teman seperjalanan, Maruli, naik bus tujuan Semarang. Dari Semarang kami melanjutkan perjalanan ke Demak. Ternyata Demak-Semarang hanya butuh waktu 30 menit.

Pukul 15.30 WIB. Kami sampai di Demak, tujuan pertama: Masjid Agung! Tapi ternyata dorongan cacing dalam perut lebih kuat daripada keinginan kami untuk memasuki masjid kali pertama. Akhirnya, kami putuskan untuk menjejakkan kaki di warung makan kecil tepat di samping masjid agung. Di warung itulah kami berkenalan dengan Iwan, tokoh yang akan sering sekali muncul dalam cerita ini.

Dari Iwan kami tahu bahwa sentra belimbing demak terletak di Desa Betokan, tidak jauh dari pusat kota. Kami memutuskan untuk langsung mengunjungi desa itu, meski matahari sudah bersinar malu-malu di sebelah barat. Tancap!!

Sepulangnya kami dari Desa Betokan, azan maghrib berkumandang dari pengeras suara masjid agung. Usai shalat, kami bertemu dengan seorang ustadz yang memberi banyak pengetahuan seputar Masjid Agung Demak dan akulturasi Islam-Hindu di Demak. Sempat juga kami berbincang dengan peziarah yang malam itu memadati setiap sudut masjid. Tidak terasa malam sudah amat larut dan kami belum punya tempat untuk berbaring dan memejamkan mata.

Iwan merekomendasikan sebuah losmen bernama “Sederhana” yang benar-benar sederhana, Rp 30.000 untuk sewa satu kamar semalam. Karena sudah amat lelah dan ingin lekas tidur, tanpa pikir panjang kami mengiyakan.

Keesokan harinya, kami habiskan dengan mengunjungi petani belimbing di Betokan dan Ploso-Karangtengah. Perjalanan ke Ploso penuh petualangan. Pembangunan jembatan menuju desa itu membuat kami harus ekstra hati-hati karena setiap saat truk pengangkut material bisa menabrak kami. Jembatan goyang adalah rintangan selanjutnya. Ngeri juga, berjalan di jembatan yang sangat tidak stabil dan jurang menganga di bawah kaki.

Untuk keluar dari Karangtengah pun tidak mudah. Tidak ada becak, angkutan umum jarang, kesimpulannya kami harus menumpang truk. Naik truk, disambung angkutan umum, terakhir kali becak. Hari yang melelahkan namun begitu membangkitkan gairah. Malam harinya, kami memutuskan untuk mencari penginapan baru, yang lebih dekat dengan masjid. Iwan langsung menunjuk sebuah rumah yang biasa dijadikan tempat singgah sejenak para peziarah, tarif sewa semalam Rp 20.000 per kamar. Setuju!

Selasa (22/8), saatnya menemui para birokrat. Menaiki sepeda milik Iwan, kami menjelajah Kota Demak. Setelah urusan dengan Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata selesai, kami kembali bersepeda ke Desa Betokan. Bertemu Karmono, petani yang berdedikasi tinggi.

Rabu (23/8), ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Itu saja belum cukup. Kami bertemu dengan keturunan Sunan Kalijaga, Soedioko. Seorang kakek sembilan cucu berusia 80 tahun dengan pemikiran yang sangat modern, terbuka, dan peka terhadap perubahan. “Pak Soedioko, I Love You,” ucap saya sebelum beranjak dari kediaman beliau sambil melambaikan tangan.

Malam terakhir di Demak. Saya dan Ruli berencana menghabiskan malam itu untuk berdiskusi dan membuat kerangka tulisan. Sebelum mulai menulis, kami mampir membeli martabak di depan Pasar Bintoro. Mata mengerling ke sebuah gapura bertuliskan, “Demak Kota Wali.” Di bawah tulisan itu terdapat papan reklame rokok berukuran raksasa dengan model seorang wanita memakai tank top dan celana mini. (trix)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home