Tuesday, October 31, 2006

hhh

hari ini,
saya hanya ingin pergi ke warung
membeli sebotol waktu dan sejumput saja kata-kata
agar kita masih bisa duduk berlama-lama dan saling berbicara

brengsek. belum apa-apa rindu sudah menebal.
babigot. sedih karena tidak sempat merasa sedih.

ingin tumpahkan bensin dan sulut api di lantai kedai kopi yang tak sempat kita singgahi

(vir)

Monday, October 30, 2006

Pengisi Rubrik Sosialita

Panggil aku Nuki dengan nama belakang suamiku
Kini aku berusia 35 tahun, bersuami pria setengah baya, tanpa anak
Aku bersuamikan seorang saudagar yang tidak habis memanjakanku
Harta suamiku tidak akan habis tujuh turunan
Kami hidup bahagia, bergelimang harta, meski tanpa sepeser cinta

Aku mengelola sebuah bioskop yang dulu ternama yang sempat gulung tikar
Gedung sinema di bilangan Kramat Raya: Rivoli
Bukan sembarangan, bioskop milikku hanya memutar film-film lawas alias rerun
Akupun punya tema tertentu setiap pekan
Tentu Starwars paling sering aku putar karena aku keranjingan Luke Skywalker dkk
Maraton film cinta remeh-temeh juga pernah aku putar meski tak pernah aku hadir saat pemutaran perdana

Bioskop itu dilengkapi toko buku yang mirip perpustakaan film, butik suvenir, hingga gimmick-semua-orang yaitu cafe
Selebritas tak ayal gemar sekali berkunjung ke 'surga duniaku'
Tidak banyak dari mereka yang mengerti film berkualitas
Mereka hanya mau cuci mata mengingat bioskopku menjadi tempat nongkrong favorit warga Jakarta
Kalau belum ke NeoRivoli, bukan anak Jakarte lo....

Suatu hari seorang wartawati datang padaku, biasa lah mau wawancara
Tapi yang ini spesial karena aku sangat mengenalnya
Ia redaktur pelaksana di harian terbesar di negri ini, Rosi namanya, aku biasa memanggilnya Cinta
Dia pecinta berat seni, khususnya film Indonesia
"Nuk, mau gak lo gw wawancara untuk rubrik sosialita?" tanyanya suatu hari lewat pesan singkat
Akupun mengajukan satu syarat, "Yang motret harus...ya..lo tau lah siapa..."
Ia memang amat mengerti aku, tanpa banyak tanya ia bisa paham apa yang kumau

Seminggu berlalu
Wajah hitam manisku terpampang satu halaman penuh
Aku makin terkenal, banyak pengusaha yang ingin bermitra bisnis denganku, tidak semua aku iyakan, tergantung servis lah...

Punya uang, punya keluarga, sukses
Tanpa cinta
Di mana harus kucari?
Hari berganti, tak jua menghampiri

(TRIX)

Toko Roti Pembawa Berkah

ada toko roti enak di medan, yang bisa mengalahkan kelembutan bolu gulung meranti, ketenaran bika ambon zulaika, atau kehebatan sirup markisa.

toko roti itu menjual berbagai rasa dari rasa abon, daging sapi, ayam, pisang, hingga kue tart. Mungkin toko ini tidak sehebat Holland Bakery, atau Swans di Kampung Keling yang sudah tersohor seantero Medan. Tapi, bagaimana kalau rasa yang lezat disandingkan dengan harga yang terjangkau? bisa dibayangkan roti abon ayam dengan tampilan menggiurkan hanya dijual Rp 1.500?

Memang toko roti ini menggunakan tepung roti dan gandum kelas dua. Artinya, roti yang dibuat akan terjaga kualitas rasanya hanya satu hari. Sementara untuk kelas satu selama tiga hari, dan kelas tiga hanya beberapa jam.

Pilihan jatuh ke tepung roti dan gandum kelas dua karena toko ini tidak ingin mengambil pangsa pasar menengah ke atas yang lebih memilih toko yang sudah mapan. Maklum, toko roti ini baru berjalan satu tahun.

Bagi umat muslim, bahan-bahan roti dijamin halal dan baik. Tengok saja nama tokonya, Al-baik, Halal dan Baik.

Jika sempat ke medan, mampirlah ke sini dan cicipi kelezatan di tiap gigtannya. jika beruntung, anda semua mungkin akan bertemu aku, sang pemilik toko.

Tahun-tahun berikutnya, toko roti ini semakin melebarkan sayapnya. Dia dipandang sebagai pesaing bisnis yang cukup disegani. Pendekatannya yang langsung pada sasaran menjadi trik bisnis yang tidak semua orang bisa melakukannya. Tim Al-baik senantiasa masuk ke arisan ibu-ibu, mendekati ibu-ibu pejabat yang suka berpesta, hingga melobi hotel-hotel berbintang untuk menjadi supplier roti mereka. Ini membuat kualitas tepung roti dan gandum ditingkatkan menjadi kelas paling wahid.

Seorang tamu hotel Tiara, hotel tebaik di Medan, asal Jordania yang tertarik membuka cabang Al-baik di Amman. Tawaran tak disia-siakan, berangkatlah aku ke Amman untuk melihat lokasi pendirian toko.

Beberapa wartawan yang bnerniat menulis kisah sukses ini amat sulit menemuiku karena aku selalu bolak-balik Medan-Amman.

Target selanjutnya adalah mendirikan cabang di Palestina. Tantangan yang bukan sekedar mengharap keberuntungan seperti halnya sang tamu jordan di Hotel Tiara.

-BGZ-

Wednesday, October 11, 2006

Apa yang Hilang?

Sepuluh dari Sebelas, ada yang kurang
Sepuluh dari Sebelas, berarti ada satu yang absen
Sepuluh dari Sebelas, siapa yang ketinggalan?
Sepuluh dari Sebelas, apa yang hilang?
Sepuluh dari Sebelas, satu terbuang...

Menurut gw sih, KEBEBASAN!!!
Bagaimana dengan kalian kawans?

(TRIX)

Friday, October 06, 2006

sekelebat hati dan otak

I've been wandering here and there...
Still, there's a rock heading in front, an unshapped rock, more likely a whispering sound.
Still, I recognize it as a rock...
It says

why why why why why why why why why why why why
why why why why why why why why why why why why

I've slept on that magnificant bed, have forgotten the ultimate reason why I kept shivering for all times.
Once the the phone rang...
Please, I just don't want to be a burden, I don't want to be a burden, I don't want to be a burden for everybody...

Until one time I release all the burden on my vena and I'm no longer a tumor inside your blood...
Until one time I put off the masks, and you all can breath easily...
Until one time I disappear, and no longer exist, and no longer be a burden..

forgive...

-BGZ-

Wednesday, October 04, 2006

enam jam

enam jam lagi...
aq udah ga duduk di kursi ini
udah ga lagi padukan jari, mata, and otak di depan komputer ini
udah ga lagi rasain dingin sekaligus hangatnya ruang ini
jogja : will i miss u?

enam jam lagi...
aq masih akan duduk bareng temen2 seperjuangan,
mungkin masih akan berbincang,
tentang ketidak pastian,
tentang harapan,
tentang tantangan,
tentang ketidakpuasan,
atau tentang-tentang yang lain,
jakarta : will i love u?

k****s :belum tuntas !

mungkin ga ya pren qt sering reuni ntar ?
pertanyaan konyol !

(JENG) detik2 akhir di dalam kelas,
hampir setengah tiga siang

Tuesday, October 03, 2006

Bagaimana jika...?


Iya, itu pertanyaanku saat kami-sebut saja gank cheers-menghabiskan malam di Melting Pot. Kafe asik yang akan kurindukan, selain tentunya The Cheers Cafe dong ya.
Begini, saat itu, kami masih komplit berenam, sepuluh dengan empat lainnya yang mungkin terlelap dalam tidurnya di malam terakhir sebelum ke Jakarta.
Jujur, aku punya perasaan kangen yang gak tau harus gimana ngomongnya. Selain tentunya perasaan bete, jenuh, dan aaarrrggghhh!!!! Membuat aku ingin mengumpat dan mengeluarkan lidah ini sehingga dia bisa kelojotan untuk berekspresi.
Lantas tiba-tiba saat memasuki babak berbicara-mengenai-perpisahan... aku seakan dapat melihat di masa depan kalau, bahkan, sebelum tahun ini berakhir, aku duduk di kursi yang sama. Memesan kopi dan roti bakar apa pun, lalu dengan santainya menyuapkan roti sedikit demi sedikit ke dalam mulut. Mengunyah sambil sesekali tersenyum. Membayangkan kursi vir, trix, bar, bgz, dan iju yang kosong. Karena mereka sedang ada di tempat lain. Mencari peruntungan dengan caranya sendiri-sendiri. Sementara aku? Masih duduk di sini sambil makan roti bakar...
Memang, aku memang selalu ditakdirkan menjadi "in-between-person" dalam berbagai hal. Terkadang aku setuju dengan mereka, kadang tidak. Lalu dengan mudahnya beralih ke kelompok lain. Begitu seterusnya. Membuatku sering tersenyum sendiri, aduh-aduh, mau jadi apa ya aku ini, di sini?
Lalu kami pun pulang, karena sudah tengah malam, tapi tahukah kamu? Aku tidak langsung ke peraduan, tidak juga segera berkemas. Aku memilih untuk berputar-putar, membuang semua air mata yang gak jelas, kenapa aku harus meneteskannya, dan apa yang membuatnya keluar. Aku baru tahu rasanya kehilangan itu seperti apa...
Tapi aku masih seperti laki-laki kebanyakan yang bisa: aaargghh!! Apa sih lo? Cengeng amat! Dan mulai berpikir positif: Ya udah, kalau aku harus melewati ini untuk sesuatu yang lebih baik (seharusnya), dan dengan begini aku bisa mewujudkan impianku kelak... aku jalani dengan ikhlas. Karena aku yakin, ada satu hal di diriku yang gak akan bisa direbut, yang gak akan pernah bisa dipadamkan.
Cheers, ant, maw, rom, dan jeng...
semoga aku-dan-kalian gak akan pernah lupa untuk saling mengingat.
they-called-me-robin

kota kita

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja

Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu ...

Walau kini kau tlah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk slalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

...



jika
merindukan kota kita
mungkin lagu ini dapat mengobati
jika
teringat masa lalu di sana
siapa tahu lagu ini bisa mengiringi
seperti lagu tema sebuah film yang mengiringi
adegan tawa, duka yang dimainkan otak

(BAR)

lagu untuk temanku perubu

kalo ngga salah, ini lagunya vanessa amorosi.
kalo kalian nanti udah di kendari sampai dili, mungkin akan butuh lagu ini.
jadi, ini kukirimi.

(vir)

Get Here:

You can reach me by railway, you can reach me by trailway
You can reach me on an airplane, you can reach me with your mind
You can reach me by caravan, cross the desert like an Arab man
I don't care how you get here, just - get here if you can

I need you right here, right now
do do do do
Get here if you can
I need you right here, right now
do do do do
Get here if you can

You can reach me by sail boat, climb a tree and swing rope to rope
Take a sled and slide down the slope, into these arms of mine
You can jump on a speedy colt, cross the border in a blaze of hope
I don't care how you get here, just - get here if you can

I need you right here, right now
do do do do
Get here if you can

There are hills and mountains between us
Always something to get over
If I had my way, surely you would be closer
I need you closer

You can windsurf into my life, take me up on a carpet ride
You can make it in a big balloon, but you better make it soon
You can reach me by caravan, cross the desert like an Arab man
I don't care how you get here, just - get here if you can

I need you right here, right now
do do do do
Get here if you can
I need you right here, right now
do do do do
Get here if you can

no, no, no

ini tidak benarbenar terjadi.
maka jangan dibahas lagi.


(vir)

tanpa cerita

Kita seperti pulang ke kota tanpa nama.
Tanpa cerita yang boleh dikarang ulang.
Disepahkan hanya:
kalimat-kalimat tua yang kehilangan selera berbicara.

Bulan tidak lagi bersinar di sana.
Dan semua lampu jalanan:
Terlalu redup untuk dinyalakan.
(iju)

de'ja vu


Seorang perempuan berambut pendek duduk bersama dengan perempuan lain berambut panjang. Mereka ngobrol sana-sini ditemani banyak makanan. Mereka pula yang ribut memesan makanan kepada pelayan. Mereka pula yang mendatangi dan memanggil-manggil pelayan karena pendingin yang tidak dingin. Pelayan hanya bisa nyengir sambil berkata...."iya. mbak, sebentar saya panggilkan teknisinya," toh, pendingin tak kunjung dingin.

Di depannya seorang wanita berambut sebahu merenung sendiri, menatap ke luar jendela. mungkin dia bosan, lelaki yang duduk di sebelahnya tidak cukup menarik untuk diajak ngobrol. kalau pun ngobrol, benaknya sudah terlanjur berkata, "paling nggak nyambung," toh, si pria, si penunggu, juga tidak banyak omong. Sesekali teleponnya berbunyi dan dia berbicara melalui earphone di telinga kanannya yang enggan dilepas. Pergilah dia ke ruang sambungan kereta untuk merokok.

Di depannya, dua pria yang menolak tidur. mereka asik berdebat tetantang sesuatu. Sampai kini pun mereka lupa apa yang membuat urat di kepala mereka muncul. sesekali pria yang berkacamata menatap tajam ke mata pria cepak yang sedang bicara. Belum selesai bicara, si kacamata menyela, tangannya diangkat sebahu, menunjukkan keseriusan pendapatnya, dan seolah menentang pendapat si cepak. sesekali mereka berhenti, entah tidur entah tidak, sekelebat kemudian, si kacamata kembali menatap tajam ke arah pria cepak yang sedang berbicara, sesekali tangannya terangkat sebahu menunjukkan keseriusannya...dan...begitu seterusnya...


Di sampingnya, dua orang wanita duduk bersebelahan. satu berambut panjang yang dijepit seadanya, satu lagi berambut pendek kecoklatan. entah apa yang mereka lakukan, entah apa yang mereka bicarakan. Sepertinya keduanya memilih tidur dan diam-diam saja.

di belakangnya, dua orang asing yang tidak tertangkap gerak-geriknya. ataukah tidak peduli dengan mereka?

Di belakangnya dua pria berambut cepak duduk bersebelahan. Mereka bercerita tentang latar belakang masing-masing. Tentang keluarga, masa sekolah dan kuliah, hingga hal pribadi. Tidak terlalu pribadi karena tertembok enggan. Sesekali mereka tertidur, sesekali pula bangun dan cerita berlanjut. Salah satu pria yang duduk di dekat gang sesekali merengek kelaparan dan segera membeli makanan. sebentar-sebentar dia juga merokok di ruang sambungan kereta. membaca koran bagi dua orang itu hanya menjadi jeda yang membosankan sebelum kembali bercerita.

Satu orang lain sedang berkemas di kota terpanas di Jawa, segera menyusul rombongan ini ke satu tujuan.

Sesaat lagi, rombongan segera pergi, dengan hati yang berbeda, degupan jantung berbeda, tatapan mata berbeda, kesakitan perut yang berbeda, harapan yang berbeda. Namun mereka dihantar oleh kereta yang sama, penunggu yang sama, tujuan yang sama.

Tak ada yang tahu apa jadinya paa rombongan ini. toh mereka akan ber-de'ja vu dengan kolom waktu berbeda dan baris ruang yang sama.

-BGZ-

Perjumpaan dan Perpisahan

Hanya Bergumam...

Ada pertemuan pasti ada perpisahan
Kalau tidak mau berpisah, jangan pernah ingin bertemu
Kalau ingin berpisah selamanya, percepat perjumpaan dan ucapkan perpisahan
Jika hanya ingin berpisah sementara berjanjilah untuk selalu bertemu
Jika perpisahan terlalu menyakitkan selalu ingat pada perjumpaan yang menyenangkan
Jika perpisahan itu menggembirakan maka perjumpaan pastilah tidak memberi gairah
Tak ingin berpisah tapi sudah 'terlanjur' bertemu
Tak bisa pula menghindari pertemuan layaknya sebentuk perpisahan
Semoga kita selalu larut dalam perjumpaan dan hanya menemui sekelebat perpisahan

(TRIX)